Minggu, 25 Maret 2012

Kandungan Proksimat Pada Teripang






Lili laut (Comaster sp.) merupakan salah satu genus dari filum Echinodermata yang sampai saat ini masih sedikit sekali pemanfaatannya dan belum bernilai ekonomis penting. Bentuk tubuh dari lili laut sangatlah unik karena berbentuk seperti tanaman. Kelimpahan lili laut di sekitar pulau Pramuka mencapai 3.142 ind/ha dan belum termanfaatkan dengan maksimal (FDC-IPB 2010). Pemanfaatan lili laut di Indonesia khusunya Kepulauan Seribu dapat dijadikan sebuah indikator suatu ekosistem terumbu karang. Hal ini telah dibuktikan dalam penilitian Yusri et al. (2005) bahwa lili laut memiliki kelimpahan maksimum di perairan yang masih baik, sedangkan pada perairan yang buruk lili laut tidak dapat hidup.
http://multiply.com/mu/ceriyaholic/image/xyHfEYBrqLEfvj9oS6pEDQ/photos/1M/300x300/19/lili-laut-stlh-diangkat.jpg?et=XTSolBvBhdf9Vm5YrUxGmQ&nmid=0
Penelitian mengenai kehidupan lili laut cukup banyak dilakukan pakar-pakar asing terutama untuk jenis lili laut yang hidup di terumbu karang (Aziz et al. 1990). Upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia dan untuk meningkatkan nilai komersialitas dari lili laut adalah dengan melakukan penelitian mengenai antioksidan yang terkandung dari di dalam lili laut. Hasil uji proksimat pada lili laut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil uji proksimat lili laut dibandingkan dengan bulu babi dan teripang
Komponen
Lili laut(%)
Bulu babi(%)1
Teripang(%)2
Kadar air
74,67 (bb)
69,47 (bb)
92,65 (bb)
Kadar lemak
0,55 (bk)
2,45 (bk)
0,15 (bk)
Kadar protein
0,11 (bk)
16,99 (bk)
2,85 (bk)
Kadar abu
13,51 (bk)
2,25 (bk)
3,16 (bk)
Kadar karbohidrat
11,16 (bk)
8,84 (bk)
1,19 (bk)
Sumber: 1 ( Murniyati dan Setiabudi 1998 dalam Mustafa 2007)
              2 ( Meydia 2007)



 Aktivitas Antioksidan
Keberadaan senyawa antioksidan dalam suatu bahan dapat diketahui melalui uji aktivitas antioksidan. Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan dalam lili laut adalah dengan menggunakan radikal bebas diphenylpicrylhydrazyl (DPPH). Diphenylpicrylhydrazyl merupakan radikal bebas yang bersifat stabil dan beraktivitas dengan cara mendelokasi elektron bebas pada suatu molekul, sehingga molekul tersebut tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain. Metode ini dipilih karena karena merupakan metode yang sederhana, mudah, dan menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dengan waktu yang singkat (Hanani et al. 2005).
Aktivitas antioksidan pada penelitian ini menggunakan metode DPPH dengan menggunakan prinsip spektrofotometri dengan panjang gelombang 517nm. Larutan senyawa antioksidan dari hasil ekstraksi lili laut yang ditambahkan dengan larutan DPPH (dalam metanol) berubah warna  dari ungu menjadi kuning cerah. Penurunan absorbansi, yang ditunjukkan dengan berkurangnya warna ungu menunjukkan adanya aktivitas antioksidan. Menurut (Molyneux 2004). Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan apabila senyawa tersebut mampu mendonorkan atom hidrogennya pada radikal DPPH, yang ditandai dengan perubahan warna ungu menjadi kuning pucat.
Pembanding yang digunakan pada penelitian ini adalah antioksidan sintetik butylatedhydroxytoluene (BHT). Butylatedhydroxytoluene dalam penelitian ini dibuat dengan konsentrasi 2, 4, 6, dan 8 ppm. Konsentrasi tersebut diperoleh dari hasil pengenceran stok BHT dengan konsentrasi 250 ppm. Konsentrasi ekstrak kasar lili laut yang digunakan pada metode DPPH ini adalah 200, 400, 600, dan 800 ppm. Konsentrasi tersebut diperoleh melalui proses pengenceran dari setiap larutan ekstrak kasar lili laut 1000 ppm.
Persen inhibisi adalah kemampuan suatu bahan untuk menghambat aktivitas radikal bebas, yang berhubungan dengan konsentrasi suatu bahan. Nilai IC50 diartikan sebagai konsentrasi substrat yang dapat menyebabkan berkurangnya 50% aktivitas DPPH.  Semakin kecil nilai IC50 berarti nilai aktivitas antioksidan semakin tinggi (Molyneux 2004). Hasil uji aktivitas antioksidan BHT dan berbagai ekstrak kasar lili laut dapat dilihat pada Tabel 2.
 Tabel 2 Hasil uji aktivitas antioksidan
Sampel
% Inhibisi
IC50 (ppm)
BHT
2ppm
4ppm
6ppm
8ppm


12,55
23,67
79,37
89,45
4,91

200ppm
400ppm
600ppm
800ppm

Ekstrak_Etanol
22,59
28,32
32,56
34,61
1.605,25
Ekstrak_Kloroform
16,84
19,69
19,97
21,08
5.718,08
Ekstrak_Etil_Asetat
8,04
13,05
17,23
22,28
 2.016,78
Ekstrak_Metanol
39,51
48,75
58,38
62,99
419, 21

Aktivitas antioksidan tertinggi pada lili laut terdapat pada ekstrak kasar metanol dengan nilai IC50 sebesar 419,21% yang menunjukkan 50% radikal bebas DPPH dapat dihambat aktivitasnya pada konsentrasi 419,21 ppm. Diikuti dengan nilai aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol dengan nilai IC50 sebesar 1.602,05% yang menunjukkan 50% radikal bebas DPPH dapat menghambat aktivitasnya pada konsentrasi 1.602,05 ppm dan nilai aktivitas antioksidan pada ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 2.016,78% yang menunjukkan 50% radikal bebas DPPH dapat menghambat aktivitasnya pada konsentrasi 2.016,78 ppm. Aktivitas antioksidan terendah lili laut terdapat pada ekstrak kloroform dengan nilai IC50 sebesar 5.718,08% yang menunjukkan 50% radikal bebas DPPH dapat dihambat aktivitasnya pada konsentrasi 5.718,08 ppm.
Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 0,05 mg/ml, kuat untuk IC50 antara 0,05-0,10 mg/ml, sedang jika IC50 bernilai 0,10-0,15 mg/ml, dan lemah jika IC50 bernilai 0,15-0,20 mg/ml (Molyneux 2004). Aktivitas antioksidan ekstrak metanol masih tergolong lemah karena nilai IC50-nya jauh lebih besar dari 200 ppm.  Hal ini dapat terjadi karena ekstrak yang diuji masih berupa ekstrak kasar, sehingga perlu dilakukan proses pemurnian. Ekstrak kasar ini masih mengandung senyawa lain yang bukan merupakan senyawa antioksidan. Tetapi jika dibandingkan dengan hewan invertebrata air lainnya (keong melo, kerang pisau, keong mas, dan nudibranch) lili laut memiliki nilai aktivitas antioksidan yang paling tinggi (Tabel 3).
Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata kemampuan menghambat radikal bebas terendah terdapat pada konsentrasi 200 ppm, yaitu 22,59% untuk ekstrak etanol, 16,84% untuk ekstrak kloroform, 8,03% untuk ekstrak etil asetat, 39,51% untuk ekstrak metanol. Sedangkan rata-rata kemampuan menghambat radikal bebas tertinggi terdapat pada konsentrasi 800 ppm, yaitu 34,61% untuk ekstrak etanol, 21,08% untuk ekstrak kloroform, 22,28% untuk ekstrak etil asetat, 62,99% untuk ekstrak metanol. Semakin tingginya konsentrasi ekstrak kasar lili laut yang digunakan menghasilkan persentase penghambatan radikal bebas yang tinggi pula. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Qian dan Nihorimbere (2004), yang menyatakan bahwa persentase penghambatan terhadap aktivitas radikal bebas meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak.
Ekstrak kasar lili laut mengandung empat komponen bioaktif yaitu komponen alkaloid, steroid, flavonoid, dan karbohidrat. Ekstrak kasar kloroform, etil asetat, dan metanol kerang pisau memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak kasar metanol lili laut memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dengan nilai IC50 sebesar 419,21% sehingga lili laut dapat dinyatakan sebagai salah satu jenis Echinodermata pengahasil senyawa antioksidan yang dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan baku pangan fungsional dan industri farmasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar