|
Lili laut (Comaster
sp.) merupakan salah satu genus dari filum Echinodermata yang sampai saat ini
masih sedikit sekali pemanfaatannya dan belum bernilai ekonomis penting. Bentuk
tubuh dari lili laut sangatlah unik karena berbentuk seperti tanaman.
Kelimpahan lili laut di sekitar pulau Pramuka mencapai 3.142 ind/ha dan belum
termanfaatkan dengan maksimal (FDC-IPB 2010). Pemanfaatan lili laut di
Indonesia khusunya Kepulauan Seribu dapat dijadikan sebuah indikator suatu
ekosistem terumbu karang. Hal ini telah dibuktikan dalam penilitian Yusri et al. (2005) bahwa lili laut memiliki
kelimpahan maksimum di perairan yang masih baik, sedangkan pada perairan yang
buruk lili laut tidak dapat hidup.
Penelitian mengenai kehidupan lili laut cukup banyak
dilakukan pakar-pakar asing terutama untuk jenis lili laut yang hidup di
terumbu karang (Aziz et al. 1990).
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia dan untuk
meningkatkan nilai komersialitas dari lili laut adalah dengan melakukan
penelitian mengenai antioksidan yang terkandung dari di dalam lili laut. Hasil
uji proksimat pada lili laut dapat dilihat pada Tabel 1.
Komponen
|
Lili laut(%)
|
Bulu babi(%)1
|
Teripang(%)2
|
Kadar air
|
74,67 (bb)
|
69,47 (bb)
|
92,65 (bb)
|
Kadar lemak
|
0,55 (bk)
|
2,45 (bk)
|
0,15 (bk)
|
Kadar protein
|
0,11 (bk)
|
16,99 (bk)
|
2,85 (bk)
|
Kadar abu
|
13,51 (bk)
|
2,25 (bk)
|
3,16 (bk)
|
Kadar karbohidrat
|
11,16 (bk)
|
8,84 (bk)
|
1,19 (bk)
|
Sumber: 1 ( Murniyati dan
Setiabudi 1998 dalam Mustafa 2007)
2 ( Meydia 2007)
Aktivitas Antioksidan
Keberadaan
senyawa antioksidan dalam suatu bahan dapat diketahui melalui uji aktivitas
antioksidan. Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan dalam
lili laut adalah dengan menggunakan radikal bebas diphenylpicrylhydrazyl (DPPH). Diphenylpicrylhydrazyl
merupakan radikal bebas yang bersifat stabil dan beraktivitas dengan cara
mendelokasi elektron bebas pada suatu molekul, sehingga molekul tersebut tidak
reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain.
Metode ini dipilih karena karena
merupakan metode yang sederhana, mudah, dan menggunakan sampel dalam jumlah
yang sedikit dengan waktu yang singkat (Hanani et al. 2005).
Aktivitas antioksidan pada penelitian ini menggunakan metode
DPPH dengan menggunakan prinsip spektrofotometri dengan panjang gelombang
517nm. Larutan senyawa antioksidan dari hasil ekstraksi lili laut yang
ditambahkan dengan larutan DPPH (dalam metanol) berubah warna dari ungu menjadi kuning cerah. Penurunan
absorbansi, yang ditunjukkan dengan berkurangnya warna ungu menunjukkan adanya
aktivitas antioksidan. Menurut (Molyneux 2004). Suatu senyawa dapat dikatakan
memiliki aktivitas antioksidan apabila senyawa tersebut mampu mendonorkan atom
hidrogennya pada radikal DPPH, yang ditandai dengan perubahan warna ungu
menjadi kuning pucat.
Pembanding yang digunakan pada penelitian ini adalah
antioksidan sintetik butylatedhydroxytoluene
(BHT). Butylatedhydroxytoluene dalam penelitian ini dibuat dengan
konsentrasi 2, 4, 6, dan 8 ppm. Konsentrasi tersebut diperoleh dari hasil
pengenceran stok BHT dengan konsentrasi 250 ppm. Konsentrasi ekstrak kasar lili
laut yang digunakan pada metode DPPH ini adalah 200, 400, 600, dan 800 ppm.
Konsentrasi tersebut diperoleh melalui proses pengenceran dari setiap larutan
ekstrak kasar lili laut 1000 ppm.
Persen inhibisi adalah kemampuan suatu bahan untuk
menghambat aktivitas radikal bebas, yang berhubungan dengan konsentrasi suatu
bahan. Nilai IC50 diartikan sebagai konsentrasi substrat yang dapat
menyebabkan berkurangnya 50% aktivitas DPPH.
Semakin kecil nilai IC50 berarti nilai aktivitas antioksidan
semakin tinggi (Molyneux 2004). Hasil uji aktivitas antioksidan BHT dan
berbagai ekstrak kasar lili laut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil uji aktivitas
antioksidan
Sampel
|
% Inhibisi
|
IC50 (ppm)
|
|||
BHT
|
2ppm
|
4ppm
|
6ppm
|
8ppm
|
|
|
12,55
|
23,67
|
79,37
|
89,45
|
4,91
|
200ppm
|
400ppm
|
600ppm
|
800ppm
|
||
Ekstrak_Etanol
|
22,59
|
28,32
|
32,56
|
34,61
|
1.605,25
|
Ekstrak_Kloroform
|
16,84
|
19,69
|
19,97
|
21,08
|
5.718,08
|
Ekstrak_Etil_Asetat
|
8,04
|
13,05
|
17,23
|
22,28
|
2.016,78
|
Ekstrak_Metanol
|
39,51
|
48,75
|
58,38
|
62,99
|
419, 21
|
Aktivitas antioksidan tertinggi pada lili laut terdapat pada
ekstrak kasar metanol dengan nilai IC50 sebesar 419,21% yang
menunjukkan 50% radikal bebas DPPH dapat dihambat aktivitasnya pada konsentrasi
419,21 ppm. Diikuti dengan nilai aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol
dengan nilai IC50 sebesar 1.602,05% yang menunjukkan 50% radikal
bebas DPPH dapat menghambat aktivitasnya pada konsentrasi 1.602,05 ppm dan
nilai aktivitas antioksidan pada ekstrak etil asetat dengan nilai IC50
sebesar 2.016,78% yang menunjukkan 50% radikal bebas DPPH dapat menghambat
aktivitasnya pada konsentrasi 2.016,78 ppm. Aktivitas antioksidan terendah lili
laut terdapat pada ekstrak kloroform dengan nilai IC50 sebesar
5.718,08% yang menunjukkan 50% radikal bebas DPPH dapat dihambat aktivitasnya
pada konsentrasi 5.718,08 ppm.
Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan
sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 0,05 mg/ml, kuat untuk IC50
antara 0,05-0,10 mg/ml, sedang jika IC50 bernilai 0,10-0,15 mg/ml,
dan lemah jika IC50 bernilai 0,15-0,20 mg/ml (Molyneux 2004).
Aktivitas antioksidan ekstrak metanol masih tergolong lemah karena nilai IC50-nya
jauh lebih besar dari 200 ppm. Hal ini
dapat terjadi karena ekstrak yang diuji masih berupa ekstrak kasar, sehingga
perlu dilakukan proses pemurnian. Ekstrak kasar ini masih mengandung senyawa
lain yang bukan merupakan senyawa antioksidan. Tetapi jika dibandingkan dengan
hewan invertebrata air lainnya (keong melo, kerang pisau, keong mas, dan
nudibranch) lili laut memiliki nilai aktivitas antioksidan yang paling tinggi
(Tabel 3).
Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata kemampuan
menghambat radikal bebas terendah terdapat pada konsentrasi 200 ppm, yaitu
22,59% untuk ekstrak etanol, 16,84% untuk ekstrak kloroform, 8,03% untuk
ekstrak etil asetat, 39,51% untuk ekstrak metanol. Sedangkan rata-rata
kemampuan menghambat radikal bebas tertinggi terdapat pada konsentrasi 800 ppm,
yaitu 34,61% untuk ekstrak etanol, 21,08% untuk ekstrak kloroform, 22,28% untuk
ekstrak etil asetat, 62,99% untuk ekstrak metanol. Semakin tingginya
konsentrasi ekstrak kasar lili laut yang digunakan menghasilkan persentase
penghambatan radikal bebas yang tinggi pula. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Qian dan Nihorimbere (2004), yang menyatakan bahwa
persentase penghambatan terhadap aktivitas radikal bebas meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi ekstrak.
Ekstrak kasar lili laut mengandung empat komponen bioaktif
yaitu komponen alkaloid, steroid, flavonoid, dan karbohidrat. Ekstrak kasar
kloroform, etil asetat, dan metanol kerang pisau memiliki aktivitas
antioksidan. Ekstrak kasar metanol lili laut memiliki aktivitas antioksidan
paling tinggi dengan nilai IC50 sebesar 419,21% sehingga lili laut
dapat dinyatakan sebagai salah satu jenis Echinodermata pengahasil senyawa
antioksidan yang dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan baku pangan
fungsional dan industri farmasi.