Minggu, 25 Maret 2012

Kandungan Proksimat Pada Teripang






Lili laut (Comaster sp.) merupakan salah satu genus dari filum Echinodermata yang sampai saat ini masih sedikit sekali pemanfaatannya dan belum bernilai ekonomis penting. Bentuk tubuh dari lili laut sangatlah unik karena berbentuk seperti tanaman. Kelimpahan lili laut di sekitar pulau Pramuka mencapai 3.142 ind/ha dan belum termanfaatkan dengan maksimal (FDC-IPB 2010). Pemanfaatan lili laut di Indonesia khusunya Kepulauan Seribu dapat dijadikan sebuah indikator suatu ekosistem terumbu karang. Hal ini telah dibuktikan dalam penilitian Yusri et al. (2005) bahwa lili laut memiliki kelimpahan maksimum di perairan yang masih baik, sedangkan pada perairan yang buruk lili laut tidak dapat hidup.
http://multiply.com/mu/ceriyaholic/image/xyHfEYBrqLEfvj9oS6pEDQ/photos/1M/300x300/19/lili-laut-stlh-diangkat.jpg?et=XTSolBvBhdf9Vm5YrUxGmQ&nmid=0
Penelitian mengenai kehidupan lili laut cukup banyak dilakukan pakar-pakar asing terutama untuk jenis lili laut yang hidup di terumbu karang (Aziz et al. 1990). Upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia dan untuk meningkatkan nilai komersialitas dari lili laut adalah dengan melakukan penelitian mengenai antioksidan yang terkandung dari di dalam lili laut. Hasil uji proksimat pada lili laut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil uji proksimat lili laut dibandingkan dengan bulu babi dan teripang
Komponen
Lili laut(%)
Bulu babi(%)1
Teripang(%)2
Kadar air
74,67 (bb)
69,47 (bb)
92,65 (bb)
Kadar lemak
0,55 (bk)
2,45 (bk)
0,15 (bk)
Kadar protein
0,11 (bk)
16,99 (bk)
2,85 (bk)
Kadar abu
13,51 (bk)
2,25 (bk)
3,16 (bk)
Kadar karbohidrat
11,16 (bk)
8,84 (bk)
1,19 (bk)
Sumber: 1 ( Murniyati dan Setiabudi 1998 dalam Mustafa 2007)
              2 ( Meydia 2007)



 Aktivitas Antioksidan
Keberadaan senyawa antioksidan dalam suatu bahan dapat diketahui melalui uji aktivitas antioksidan. Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan dalam lili laut adalah dengan menggunakan radikal bebas diphenylpicrylhydrazyl (DPPH). Diphenylpicrylhydrazyl merupakan radikal bebas yang bersifat stabil dan beraktivitas dengan cara mendelokasi elektron bebas pada suatu molekul, sehingga molekul tersebut tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain. Metode ini dipilih karena karena merupakan metode yang sederhana, mudah, dan menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dengan waktu yang singkat (Hanani et al. 2005).
Aktivitas antioksidan pada penelitian ini menggunakan metode DPPH dengan menggunakan prinsip spektrofotometri dengan panjang gelombang 517nm. Larutan senyawa antioksidan dari hasil ekstraksi lili laut yang ditambahkan dengan larutan DPPH (dalam metanol) berubah warna  dari ungu menjadi kuning cerah. Penurunan absorbansi, yang ditunjukkan dengan berkurangnya warna ungu menunjukkan adanya aktivitas antioksidan. Menurut (Molyneux 2004). Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan apabila senyawa tersebut mampu mendonorkan atom hidrogennya pada radikal DPPH, yang ditandai dengan perubahan warna ungu menjadi kuning pucat.
Pembanding yang digunakan pada penelitian ini adalah antioksidan sintetik butylatedhydroxytoluene (BHT). Butylatedhydroxytoluene dalam penelitian ini dibuat dengan konsentrasi 2, 4, 6, dan 8 ppm. Konsentrasi tersebut diperoleh dari hasil pengenceran stok BHT dengan konsentrasi 250 ppm. Konsentrasi ekstrak kasar lili laut yang digunakan pada metode DPPH ini adalah 200, 400, 600, dan 800 ppm. Konsentrasi tersebut diperoleh melalui proses pengenceran dari setiap larutan ekstrak kasar lili laut 1000 ppm.
Persen inhibisi adalah kemampuan suatu bahan untuk menghambat aktivitas radikal bebas, yang berhubungan dengan konsentrasi suatu bahan. Nilai IC50 diartikan sebagai konsentrasi substrat yang dapat menyebabkan berkurangnya 50% aktivitas DPPH.  Semakin kecil nilai IC50 berarti nilai aktivitas antioksidan semakin tinggi (Molyneux 2004). Hasil uji aktivitas antioksidan BHT dan berbagai ekstrak kasar lili laut dapat dilihat pada Tabel 2.
 Tabel 2 Hasil uji aktivitas antioksidan
Sampel
% Inhibisi
IC50 (ppm)
BHT
2ppm
4ppm
6ppm
8ppm


12,55
23,67
79,37
89,45
4,91

200ppm
400ppm
600ppm
800ppm

Ekstrak_Etanol
22,59
28,32
32,56
34,61
1.605,25
Ekstrak_Kloroform
16,84
19,69
19,97
21,08
5.718,08
Ekstrak_Etil_Asetat
8,04
13,05
17,23
22,28
 2.016,78
Ekstrak_Metanol
39,51
48,75
58,38
62,99
419, 21

Aktivitas antioksidan tertinggi pada lili laut terdapat pada ekstrak kasar metanol dengan nilai IC50 sebesar 419,21% yang menunjukkan 50% radikal bebas DPPH dapat dihambat aktivitasnya pada konsentrasi 419,21 ppm. Diikuti dengan nilai aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol dengan nilai IC50 sebesar 1.602,05% yang menunjukkan 50% radikal bebas DPPH dapat menghambat aktivitasnya pada konsentrasi 1.602,05 ppm dan nilai aktivitas antioksidan pada ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 2.016,78% yang menunjukkan 50% radikal bebas DPPH dapat menghambat aktivitasnya pada konsentrasi 2.016,78 ppm. Aktivitas antioksidan terendah lili laut terdapat pada ekstrak kloroform dengan nilai IC50 sebesar 5.718,08% yang menunjukkan 50% radikal bebas DPPH dapat dihambat aktivitasnya pada konsentrasi 5.718,08 ppm.
Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 0,05 mg/ml, kuat untuk IC50 antara 0,05-0,10 mg/ml, sedang jika IC50 bernilai 0,10-0,15 mg/ml, dan lemah jika IC50 bernilai 0,15-0,20 mg/ml (Molyneux 2004). Aktivitas antioksidan ekstrak metanol masih tergolong lemah karena nilai IC50-nya jauh lebih besar dari 200 ppm.  Hal ini dapat terjadi karena ekstrak yang diuji masih berupa ekstrak kasar, sehingga perlu dilakukan proses pemurnian. Ekstrak kasar ini masih mengandung senyawa lain yang bukan merupakan senyawa antioksidan. Tetapi jika dibandingkan dengan hewan invertebrata air lainnya (keong melo, kerang pisau, keong mas, dan nudibranch) lili laut memiliki nilai aktivitas antioksidan yang paling tinggi (Tabel 3).
Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata kemampuan menghambat radikal bebas terendah terdapat pada konsentrasi 200 ppm, yaitu 22,59% untuk ekstrak etanol, 16,84% untuk ekstrak kloroform, 8,03% untuk ekstrak etil asetat, 39,51% untuk ekstrak metanol. Sedangkan rata-rata kemampuan menghambat radikal bebas tertinggi terdapat pada konsentrasi 800 ppm, yaitu 34,61% untuk ekstrak etanol, 21,08% untuk ekstrak kloroform, 22,28% untuk ekstrak etil asetat, 62,99% untuk ekstrak metanol. Semakin tingginya konsentrasi ekstrak kasar lili laut yang digunakan menghasilkan persentase penghambatan radikal bebas yang tinggi pula. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Qian dan Nihorimbere (2004), yang menyatakan bahwa persentase penghambatan terhadap aktivitas radikal bebas meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak.
Ekstrak kasar lili laut mengandung empat komponen bioaktif yaitu komponen alkaloid, steroid, flavonoid, dan karbohidrat. Ekstrak kasar kloroform, etil asetat, dan metanol kerang pisau memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak kasar metanol lili laut memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dengan nilai IC50 sebesar 419,21% sehingga lili laut dapat dinyatakan sebagai salah satu jenis Echinodermata pengahasil senyawa antioksidan yang dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan baku pangan fungsional dan industri farmasi.

Rancangan Acak Kelompok SPSS. 14


PENDAHULUAN
           
Rancangan Acak Kelompok (RAK) merupakan rancangan percobaan lapangan (field-experiment) yang paling sederhana. Di lapangan umumnya sulit untuk mendapatkan kondisi yang benar-benar homogen, sehingga jika percobaan dilakukan menurut RAL, maka akan diperoleh galat yang besar. Ini berarti pengaruh perlakuan akan sulit untuk untuk nyata atau menonjol. Oleh karena itu untuk mendapatkan galat yang lebih kecil perlu dilakukan upaya pengendalian homogenitas pada lokal-lokal tertentu (lokal kontrol). Pada RAK, lokal kontrol merupakan pengelompokan perlakuan secara lengkap pada kelompok-kelompok, blok-blok, atau lokal-lokal.
Rancangan Acak kelompok adalah suatu rancangan lingkungan yang menempatkan perlakuan-perlakuan secara acak pada setiap satuan percobaan disetiap kelompok (blok).
Tujuan pengelompokan adalah untuk memperoleh satuan percobaan yang seseragam mungkin dalam setiap kelompok, sehingga beda yang teramati sebagian besar disebabkan oleh perlakuan. Keragaman antar satuan percobaan dalam kelompok yang berbeda secara rata-rata akan berbeda dari pada keragaman antar satuan dalam kelompok yang sama bila tidak diberi perlakuan. Idealnya, keragaman antar satuan percobaan dapat dikendalikan sehingga keragaman antar kelompok dimaksimumkan dan keragaman dalam kelompok diminimumkan. Jadi, keragaman antar kelompok tidak mempengaruhi beda antar nilai tengah perlakuan, karena setiap perlakuan muncul sama seringnya dalam setiap kelompok.

Keuntungan penggunaan RAK, yaitu:
1)             Umumnya tingkat ketelitian lebih tinggi dibandingkan RAL
2)             Jumlah perlakuan dan ulangan yang dipergunakan bersifat fleksibel (sesuai kebutuhan);
3)             Analisis datanya masih sederhana (mudah).


Kelemahan utama Rancangan Acak Kelompok adalah bila keragaman antar satuan percobaan di dalam kelompok besar, yang mengakibatkan besarnya galat percobaan. Hal ini sering terjadi bila banyaknya perlakuan cukup besar, sehingga sukar memperoleh kelompok satuan yang relatif seragam.

Pengacakan
Fungsi pengacakan adalah untuk memastikan bahwa kita memperoleh nilai dugaan yang sah atau tak-bias bagi galat percobaan, nilai tengah perlakuan dan beda antar nilai tengah itu.
Untuk menghindari bias dalam pembandingan nilai tengah perlakuan, maka diperoleh cara untuk meyakinkan bahwa suatu perlakuan tertentu secara konsisten tidak diuntungkan atau dirugikan dalam ulangannya oleh sumber keragaman dari luar, baik diketahui atau tidak. Jadi, setiap perlakuan harus mempunyai kesempatan yang sama untuk diberikan pada sembarang sauna percobaan. Menurut Cochran dan Cox, pengacakan itu mirip asuransi, dalam hal menjaga terhadap gangguan yang mungkin terjadi atau tidak, dan bila terjadi gangguan itu mungkin serius tetapi mungkin pula tidak.

MODEL MATEMATIK DAN ANALISIS RAGAM
ANALISIS RAGAM RAK

SK
Db
JK
KT
Fhit
Kelompok
Perlakuan
Galat
(b-1)
(t-1)
(t-1) (b-1)
JKK
JKP
JKG
KTK
KTP
KTG
KTK/KTG
KTP/KTG
Total
(tb-1)
JKT



a.    Faktor Koreksi :
                FK   =    



b.   Jumlah Kuadrat Perlakuan :

                  JKP    =  
                    
c.    Jumlah Kuadrat Kelompok :

                  JKK   =            

d.   Jumlah Kuadrat Total :

             JKT     =
                
e.    Jumlah Kuadrat Galat :
                 JKG    = JKT –JKK – JKP
f.    Kuadrat Tengah Kelompok :  
KTK = JKK/dbK
g.   Kuadrat Tengah Perlakuan :  
KTP     = JKP/dbP
h.   Kuadrat Tengah Galat :       
                    KTG    = JKG/dBG
i.     Fhit kelompok        = KTK/KTG
j.     Fhit perlakuan         = KTP/KTG

Hipotesis yang diuji :
H0   : T1 = T2 = T3 = … = Ti = 0
H1   : paling sedikit ada sepasang Ti yang tidak sama atau
H0   : µ1 = µ2 = µ3 = … = µj
H1   : paling sedikit ada sepasang µi yang tidak sama atau µ1 ≠µ1

Kaidah Keputusan :
     Jika F0,05 < Fhitung; maka terima H1 pada taraf nyata 5%
            Fhitung < F0,05; maka terima H0
CONTOH :
Judul Penelitian:
Telaah Laju Pertumbuhan Rumput Laut Euchema spinosum yang di Budidaya pada Metode Rakit Terapung dengan Beda Konstruksi di Pantai Pulau Nain Kecamatan Wori.
Peneliti:
Kawim N. Halim (1991).

Rancangan Penelitian
a.        Rancangan perlakuan
Penelitian ini merupakan penelitian di bidang perikanan (budidaya perairan). Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah metode rakit terapung dengan beda konstruksi, terdiri dari rakit bambu bentuk empat persegi panjang (perlakuan 1), bentuk bujur sangkar (perlakuan 2), dan bentuk segitiga (perlakuan 3). Jarak tanam (ikat) rumput laut yang berbeda (3 cm, 5 cm, 7 cm, 9 cm, 11 cm, dan 13 cm), sehingga terdapat 18 satuan percobaan.
b.        Rancangan lingkungan
Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hal ini didasarkan pada adanya pengelompokan jarak tanam (ikat) yang bertujuan untuk meminimalisir galat dan hanya konstruksi rakit apung yang menjadi sumber keragaman.
Untuk analisis data menggunakan analisis sidik ragam. Analisis data pengamatan RAK mengikuti model matematis:
Yij  = µ + τi + βj + εij
Yij  = nilai pengamatan pada satuan percobaan dari perlakuan ke-i dan 
         kelompok ke-j
µ    = nilai tengah umum
τi    = pengaruh perlakuan ke-i
βj   = pengaruh kelompok ke-j
εij   = pengaruh galat percobaan pada satuan percobaan dalam            
         perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Untuk mengetahui perlakuan yang memberikan respon dengan baik (perbedaan antar perlakuan), maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan.

c.         Rancangan Respon
Peubah yang diukur adalah pertambahan berat per hari Eucheuma spinosum, dengan menggunakan rumus menurut Weatherley dan Gill (1989):

GR (%) =  x 100
GR (%) = Pertumbuhan nisbi
Wt        = Berat rumput laut pada akhir penelitian
W0       = Berat rumput laut pada awal penelitian
d.        Hipotesis :
H0  :    Rakit terapung yang berbeda konstruksi memberikan pengaruh             yang relatif sama terhadap laju pertumbuhan harian rumput laut       Euchema  spinosum
H1  :    Paling tidak ada dua rataan rakit terapung beda konstruksi        memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap laju             pertumbuhan
          harian rumput   laut Euchema  spinosum.




 Data:
Tabel 1. Data Pertumbuhan Harian Rumput Laut Euchema spinosum.

Kelompok
Perlakuan
Jumlah Kelompok
A
B
C
I
4,48
4,64
6,34
15,46
II
5,80
6,59
8,77
21,16
III
5,72
7,33
7,97
21,02
IV
6,07
6,93
7,37
20,37
V
5,91
6,49
6,66
19,06
VI
5,31
6,01
6,19
17,51
Total
33,29
37,99
43,30
114,58
Rata-rata
5,55
6,33
7,22
6,37

Faktor Koreksi                         =     = 729,37
Jumlah Kuadrat Perlakuan       =    729,37
                                                 =   8,36

JKK     =      - 729,37
                                   
            =   8,44

JKT     =    - 729,37
            =   19,60
JKG     =   JKT – JKK – JKP
            =   19,60 – 8,44 – 8, 36
            =   2,80
dbK     =   b – 1 = 6 – 1 = 5
dbP      =   t – 1 = 3 – 1 = 2
dbG     =   (t – 1) (b -1) = (3 – 1 ) (6 – 1) = (2) (5) = 10
dbT      =   tb – 1 = 3x6 – 1 = 17
KTK    =   JKK/dbK   = 8,44/5           = 1,67
KTP     =   JKP/dbP     = 8,36/2           = 4,18 
KTG    =   JKG/dbG   = 2,80/10         = 0,28
Fhit kelompok = KTK/KTG = 1,67/0,28 = 5,96
Fhit perlakuan = KTP/KTG = 4,18/0,28 = 14,93

Tabel 2. Analisis Ragam Pertumbuhan Harian Rumput Laut Euchema spinosum.
SK
dB
JK
KT
Fhit
Ftabel
5%
Kelompok
Perlakuan
Galat
5
2
10
8,44
8,36
2,80
1,67
4,18
0,28
5,96
14,93**

4,10
Total
17
19,60



Ket : ** = berbeda sangat nyata
 
UJI LANJUT
Berdasarkan analisis ragam, diperoleh  hasil yang sangat nyata pada taraf 5% maka untuk menguji perlakuan mana yang terbaik diantara perlakuan-perlakuan yang dicobakan maka dilanjutkan dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan.
Uji Wilayah Berganda Duncan
1.      Penyusunan nilai tengah dari yang terendah hingga tertinggi:
5,55                 6,33                 7,22
2.      Penentuan Galat Baku
 =  0,09
3.      Penentuan Wilayah Nyata Terpendek
 =    10
Wilayah Nyata Student untuk taraf 5%
p                    (0,05)              (0,05)                 
2                   3.15                    0.28                                        
3                   3.30                    0.29                         

Perlakuan
Nilai Tengah
3
2
1
3
7,22
-


2
6,33
0,89**
-

1
5,55
1.67**
0,78**
-
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata

Kesimpulan :
Konstruksi rakit apung yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak sama dalam memacu pertumbuhan harian rumput laut Euchema spinosum, kecuali  antara konstruksi rakit apung bentuk persegi panjang (1) dan bujursangkar (2), memberikan pengaruh yang relatif sama, dengan kata lain konstruksi rakit apung bentuk segi tiga (3) berbeda sangat nyata.

Rancangan Percobaan dengan SPSS 14.0 for Windows Evaluation Version

 

Analisis Deskriptif.

Analisis deskriptif diperlukan untuk melihat ukuran pemusatan  dan ukuran penyebaran data, dalam hal ini ukuran pemusatan datanya adalah nilai mean (Rataan) dan ukuran penyebarannya adalah Standar Deviasi (Std. Deviaton).  Data hasil penelitian diharapkan rataannya berbeda antar perlakuan (meningkat atau menurun) sedangkan standar deviasinya diharapkan tidak begitu berbeda antar perlakuan (homogen).

                                                                      Descriptive Statistics

Dependent Variable: Data
Jarak tanam
Konstruksi
Mean
Std. Deviation
N
Jarak Tanam 3 cm
Konstruksi Empat Persegi Panjang
4.4800
.
1
Konsturksi Bujur Sangkar
4.6400
.
1
Konsturksi Segi Tiga
6.3400
.
1
Total
5.1533
1.03079
3
Jarak Tanam 5 cm
Konstruksi Empat Persegi Panjang
5.8000
.
1
Konsturksi Bujur Sangkar
6.5900
.
1
Konsturksi Segi Tiga
8.7700
.
1
Total
7.0533
1.53826
3
Jarak Tanam 7 cm
Konstruksi Empat Persegi Panjang
5.7200
.
1
Konsturksi Bujur Sangkar
7.3300
.
1
Konsturksi Segi Tiga
7.9700
.
1
Total
7.0067
1.15932
3
Jarak Tanam 9 cm
Konstruksi Empat Persegi Panjang
6.0700
.
1
Konsturksi Bujur Sangkar
6.9300
.
1
Konsturksi Segi Tiga
7.3700
.
1
Total
6.7900
.66121
3
Jarak Tanam 11 cm
Konstruksi Empat Persegi Panjang
5.9100
.
1
Konsturksi Bujur Sangkar
6.4900
.
1
Konsturksi Segi Tiga
6.6600
.
1
Total
6.3533
.39323
3

Jarak Tanam 13 cm

Konstruksi Empat Persegi Panjang
5.3100
.
1
Konsturksi Bujur Sangkar
6.0100
.
1
Konsturksi Segi Tiga
6.1900
.
1
Total
5.8367
.46490
3
Total
Konstruksi Empat Persegi Panjang
5.5483
.58205
6
Konsturksi Bujur Sangkar
6.3317
.93933
6
Konsturksi Segi Tiga
7.2167
1.01354
6
Total
6.3656
1.07381
18
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
                                                   

Levene's Test of Equality of Error Variances(a)











Analisis  Ragam.

Analisis  Ragam (Analisis Varian ) dilakuakan untuk menguji pengaruh beda konstruksi terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Euchema spinosum) dengan Jarak Ikat yang berbeda apakah ada pengaruhnya atau tidak,  Sedangkan uji setelah analisis ragam diperlukan untuk mengetahui apa ada perbedan mean (rataan) Pertumbuhan Rumput Laut (Euchema spinosum) antara bentuk konstruksi yang diberikan, yaitu dengan  Uji Duncan.  Prosedur analisis ragam dan uji rataannya sebagai berikut :

                                                Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Data
Source
Type II Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Model
746.166(a)
8
93.271
332.969
.000
Kelompok
8.441
5
1.688
6.027
.008
Perlakuan
8.360
2
4.180
14.923
.001
Error
2.801
10
.280


Total
748.968
18



a  R Squared = .996 (Adjusted R Squared = .993)


Estimated Marginal Means

1. jarak tanam

Dependent Variable: Data
jarak tanam
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Jarak Tanam 3 cm
5.153
.306
4.472
5.834
Jarak Tanam 5 cm
7.053
.306
6.372
7.734
Jarak Tanam 7 cm
7.007
.306
6.326
7.688
Jarak Tanam 9 cm
6.790
.306
6.109
7.471
Jarak Tanam 11 cm
6.353
.306
5.672
7.034
Jarak Tanam 13 cm
5.837
.306
5.156
6.518
   












                                                                                   
2. konstruksi

Dependent Variable: Data
konstruksi
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Konstruksi Empat Persegi Panjang
5.548
.216
5.067
6.030
Konsturksi Bujur Sangkar
6.332
.216
5.850
6.813
Konsturksi Segi Tiga
7.217
.216
6.735
7.698
   

Post Hoc Tests
Konstruksi
Homogeneous Subsets

                                                                         Data

Duncan
Konstruksi
N
Subset
1
2
3
Konstruksi Empat Persegi Panjang
6
5.5483


Konsturksi Bujur Sangkar
6

6.3317

Konsturksi Segi Tiga
6


7.2167
Sig.

1.000
1.000
1.000
  
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
 Based on Type II Sum of Squares
 The error term is Mean Square(Error) = .280.
a  Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
b  Alpha = .05.


Kesimpulan :

Berdasarkan table  di atas diketahui bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan (α=0,05) antar perlakuan yang diberikan. Pertambahan bobot tertinggi dihasilkanperlakuan ke-3 dengan nilai rata rata pertambahan sebesar 7.2 kg. 
Berdasarkanuji lanjut (Duncan) diketahui bahwa nilai pertambahan perlakuan ke-3 tersebut berbeda
 nyata dengan perlakuan lainnya. 


DAFTAR PUSTAKA

Halim, K.N. 1991. Telaah Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma spinosum yang di Budidaya pada Metode Rakit Terapung dengan Beda Konstruksi di pantai Pulau Nain Kecamatan Wori. Skripsi.

Hanafiah, K.A. 1991. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi.                         PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Steel, R.G.D dan James H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.